Selasa, 04 Oktober 2011

A Novellette ..

A Novellette : 
Ulla buat sebuah Novellete , yaitu cerita yang kira-kira sampe 11-13 halaman. Ini ceritanya ... ya .. gitulah ,..
hehehe ..
baca dulu ya .. ^^

“Mbak, hari ini kamu yang siapin bekal ya? Aku yang siapin sarapan. Oke?” ucap Illy sambil tetap dalam pelukan guling.
                       Mereka masih diatas kasur. Jam dinding dikamar, menunjukkan pukul 03.13 pagi. Illy masih  merem-merem melek, sedangkan Rara umek dengan bantal dan hapenya.
 “Ngg.. yap! Yuk.. sholat tahajud dulu.. “ Rara bangun dan meraih tangan saudaranya, Illy. Mereka segera memulai aktifitas.
                       Yah, kenalin. Ini cerita hidup Illy dan Rara. Mereka bersaudara, alias sepupu. Mereka rakeeeeetttt banget.
                        2 cewe’ yang baru aja duduk dibangku kelas 3 SMP ini sekarang tinggal serumah. Mereka hanya tinggal berdua. Kenapa? Padahal mereka masih punya orang tua , orang tua mereka juga masih sanggup buat ngebiayayain hidup mereka.
                       Lantas kenapa? Gini, di keluarga mereka, ada tradisi. Setiap anak yang sudah menginjak waktunya yaitu kelas 3 SMP, mereka akan disediakan rumah sendiri dan disuruh mengurus diri mereka sendiri selama 2 tahun. Bisa dibilang kayak ngekos. Tapi ngga perlu bingung buat bayar sebulannya berapa. Hehe ..
“Illy, sarapannya kita bikin apaan nih enaknya?” Tanya Rara setelah sholat tahajud. Mereka masih dikamar sholat, menunggu adzan subuh.
“Ng.. nasi putih, sambel kecap, perkedel tahu sama keripik terong” Illy masih tampak mikir,
“itu aja ya? Hehe….” Illy melanjutkan,  “Simple mbak..” Illy nyengir. Rara mantuk-mantuk. Yup, Rara lebih tua 1 tahun dari Illy. Illy kadang manggil Mbak, Kak, atau kadang panggilan bahasa Korea yaitu Eonni.
“Sekarang, Ngaji bentar yuk? Habis itu buka-buka buku pelajaran bentar.” Rara mengambil Al-Qur’an.
“Aku dulu ya Eonni? Baca simak kan?” Rara mantuk. Illy segera membaca ta’awudz dan dilanjutkan do’a al-fatihah. Lalu ia segera membaca Al-Qur’an. Ayat demi ayat. Rara menyimaknya.
****
                       Kelas lagi gaduh. Kacau banget, ramee. Dipojok kanan kelas ada anak-anak cewek yang lagi duduk diatas bangku. Mereka seperti biasa, curhat-curhat atau lebih jelasnya ngerumpi. Dipojok kiri, arena anak cowok. Mereka lagi ungsrek main bal. Sedangkan dibagian depan, yaitu papan tulis. Ada Ahsan sama Olil yang lagi olok-olokan. Pojok kiri depan, Mamad cs. Hehe, geli juga liat mereka. Mamad lagi nggodain Fika. Udah jadi rahasia umum kalo Mamad suka Fika. Tapi sayangnya Fika udah punya pacar, pupuslah sudah harapan Mamad untuk menjadi pacar Fika.
 Mamad iseng nggambil bando fika, memakainya kemudian menirukan gayanya saat mengibaskan rambut.
“Rara….! Gue cantik kaann??”Ujar Mamad genit. Rara ketawa keras disusul Illy.
“lo cantik banget deh Mad! Sumpah!” Ia mengangkat ibu jarinya. Mendengar itu, Mamad makin endel. Sementara Fika hanya pasrah. Kayaknya dia juga udah bosen diisengin Mamad selama 3 bulan ini.
                       Illy sama Rara duduk dibangku paling depan. Pas didepan papan tulis, tapi ngga didepan meja guru. Mereka pilih duduk disitu, karena Illy termasuk anak yang pendek. Dia sering ngga kelihatan tulisan dipapan tulis gara-gara terhalang kepala teman-teman didepannya. Kalau Rara sih masuk rata-rata anak yang tinggi.
                       Dibelakang mereka ada Fahad dan Hilal. 2 anak cowok ini otaknya encer juga lho. Fahad selalu dapat peringkat 1 dikelas, ngga pernah kegeser sama sekali. Diperingkat dua, ditempati Illy. Walau kelas 2 semester 1 kemarin ia dikalahin sama Fika dan Hilal.
                       Walau encer-encer gitu, ternyata Hilal dan Fahad masuk golongan orang yang pelit juga. Mereka jarang-jarang mau berbagi ilmu. Tapi Alhamdulillah, sama Illy dan Rara mereka masih mau berbagi. Beruntung ya?
“Illy………!!! seru ya kalo jam kosong gini?!” Fahad menarik jilbab Illy sambil setengah berteriak. “Aw!” Illy meletakkan buku yang dibacanya dan menoleh kebelakang.
“Fahad! Apaan sih lo!” plak, tangan Illy memukul tangan Fahad. Fahad mengusap tangannya dan hanya nyengir.
“He, Rara.. adek lo jahat nih ma gue. Masa’ gue ditonjok?” Fahad ngadu ke Rara.
“Eh! Siapa sih yang nonjok lo? Ngga kok eonni, aku Cuma pukul dia! Eonni tau sendiri kan?” Illy membela. Ngga diterima dikatain nonjok Fahad.
“Ciee. Illy.. lo tau ngga sih? Itu tandanya Fahad suka elo! Kayak ngga ngerti sifat anak cowok aja..”Hilal ikut-ikut.
“Hehehe.. udah.. Fahad, mumpung Illy lagi single tuh. Buruan di shoot. Katanya, gue denger ada anak kelas sebelah yang suka Illy” Rara mengedipkan mata ke Hilal. Mereka high five dan terbahak.
“Ha? beneran? Cie Illy… siapa tuh yang suka ? idih.. anak macem Illy gini ditaksir. Merem kali ya tuh cowok?” Fahad menyangga kepalanya. Illy manyun. Rara dan Hilal sekali lagi ketawa-ketawa kecil.
“Apaan sih lo? Ngatain gue pendek. Iya deh! Gue pendek? Kenapa?? Tapi nggak parah kan eonni? ”Illy menatap Rara. Berharap mendapat jawaban iya.
“Hehe.. ga tau deh.. yang nilai kan cowoknya. Bukan aku..”
“Hahahaha! Tuh denger!! Siapa sih yang suka sama lo? Ngga ada.” Fahad menunjuk Illy. Illy menyingkirkan jari telunjuk Fahad.
“Iih! Awas lo!” Illy kembali kebangkunya dan mengambil novel yang dipinjamnya diperpus. Ia membacanya, matanya bergerak cepat.
“Brr.. “Fahad menggerakan bibirnya. “emang ada ya yang suka ma anak macem dia? Ih..”. lanjutnya.
“eh, jangan pernah menghina hamba Allah. Dosa lo..” Hilal mengingatkan.
“haah. Gue harap ngga ada cowo yang naksir dia.” Ujar Fahad sembrono.
“ckckck…”
                       Tentang 4 sekawan. Memang, sebenarnya mereka semua akur. Tapi yang paling sering bertingkah aneh itu Fahad dan Illy. Adaaa aja yang bikin mereka rame. Fahad yang cari gara-gara lah, Illy yang iseng nyembunyiin buku Fahadlah. Kurang kerjaan banget mereka pokoknya. Ngga kayak Rara dan Hilal, mereka malah sering curhat-curhatan. Raket banget, kayak orang pacaran. Mangkanya, dikelas beredar rumor kalo’ mereka pacaran. Tapi kalo ditanya ke Rara dan Hilal, dua-duanya pasti geleng-geleng. Jawab “NGGAK!”
*****
Bel tanda istirahat berbunyi.
Anak-anak kelas 9A berhambur keluar kelas semuanya. Enak banget hari ini, 4 jam pelajaran, kosong semuanya. Nggak kaget, kalo wajah anak-anak 9a keliatan lebih berseri.
Hilal hendak keluar kelas, dia baru berdiri dari bangkunya. Ia mendatangi meja Rara dan Illy.
“Kalian bawa bekal lagi?” Hilal tengok-tengok tas Rara.
“iya. Kenapa? Lo mau?” Rara mengeluarkan kotak makannya. Menunya sama dengan sarapan tadi pagi.
“Ng…” Hilal beralih ke Illy. “Lo juga bawa ly?”.
“iya, nih..”Illy mengeluarkan kotaknya makannya. Kotak makan mereka ngga gede-gede banget. Soalnya tadi pagi udah sarapan.
“Lho? Tumbenan menu kalian berdua sama. Biasanya yang ini sayur yang ini gorengan. Ibu kalian kompak ya?” Fahad mencolek nasi Illy. “Enak… Ibu lo pinter masak ly. Ga kaya’ elo ya?” Fahad mengedipkan matanya.
“maksud lo?!” Illy melanjutkan, “Oppa, ini gue yang masak gue ma Kak Rara tahu!” Fahad dan Hilal mantuk-mantuk. Mereka masih belum sadar.
“Oh, janjian? Masak dirumah siapa?” Hilal mengambil sendok Rara dan mencicipi perkedel tahunya.
“Dirumah kita berdua.” Rara mengambil keripik terongnya.
“Rumah berdua? Oh, kalian tinggal serumah?”
“Iya,” .
“Oh…” Bibir Fahad dan Hilal membulat. “Hah?! Serumah??! Maksud lo??”
Illy dan Rara kaget. Suara mereka terdengar nyentak. Untunglah dikelas hanya ada mereka berempat.
“Kok bisa sih kalian serumah? Gila ya lo berdua? Kalian minggat? Stress!  Kalo terjadi hal-hal yang nggak diinginkan gimana? Lo udah kelas 3 SMP! Kalian cewek lagi! Nekat banget sih!” Fahad menyerbu mereka dengan kata-katanya. Fahad bener-bener nggak percaya.
“Ra? Beneran lo ma Illy minggat?” Hilal mendekatkan mukanya ke Rara.
Rara menelan ludah,”Apaan sih lo?” Rara mendorong tubuh Hilal pelan.
“Emang kalo’ kita minggat kenapa?” Illy menggoda mereka. Telinga Fahad berdiri.
“Illy!” bentaknya “elo cewek! Kalo elo kenapa-kenapa gimana? Sembrono banget sih? Kalian harusnya mikir dulu!” Fahad mulai memelankan suaranya. Ia berusaha menjelaskan kekhawatirannya.
“Rara?” Hilal juga ikut memelankan suaranya. “Jawab, kenapa? Kalian masih waraskan?”
Illy tidak menjawab, ia memakan bekalnya. Melihat tingkah Illy, Rara mengerti.
“Kalian mau? Bantuin ngehabisin bekal yukk.. mumpung kita lagi baik nih…” Rara menawarkan. Kemudian ia memakan sesuap.
Fahad dan Hilal geleng-geleng.
“Kalian bener-bener” ucap mereka bebarengan.
“Kenapa sih? Sejak kapan kalian peduli ma kita? Kita minggat juga kenapa?” Rara pasang muka sok innocent. Nih anakkk… batin Hilal.
“iya? Elo juga had, kalo’ kita minggat juga kenapa sih? Sejak kapan lo peduli ma kita?” Illy menelan makanannya. “Wekkkk” ia menjulurkan lidahnya.
“Huufffhh…..” Fahad menarik nafas panjang. Anak ini nggak peka sama sekali ternyata. Heran gue ma mereka berdua, ujar Fahad dalam hati sambil mengamati mereka yang sedang asyik makan. Hilal mengambil keripik terong Rara.
“Jujur, gue benci banget sama terong. Tapi lo keren Ra, bisa bikin gue jatuh cinta ma nih keripik terong. Ibu gue nggak pernah buatin gue gini” Hilal kembali mengambil keripik terong Rara. Rara hanya tersenyum.
“Gampang kok buatnya, Cuma diiris tipis terus ditaburin tepung.” Rara tampak senang dipuji begitu. Illy merasa ada yang aneh dari mereka. Tapi ia tak banyak komentar.
Fahad kembali ketempat duduknya dengan lemas.
“Brr” ia menggerakkan bibirnya.
*****
                       Sejujurnya, Fahad nggak konsen sama sekali waktu pelajaran. Emang sih dia liat kedepan, tapi matanya ngasih tatapan kosong. Entah apa yang difikirkannya. Bahkan saat pelajaran Biologi, pembentukan kelompok.
                       Seperti biasanya Illy, Rara, Hilal dan Fahad selalu 1 kelompok. 1 kelompok terdiri 6 orang, mereka berempat ditambah Ahsan dan Olil. Lengkap sudah. Mereka benar-benar serius mengerjakan konsep pembuatan makalah. Sewaktu Pak Jaiz pergi keluar kelas, anak-anak mulai gaduh. Begitu pula Ahsan dan Olil. Saat itulah….
“Ng… Illy…”Fahad mencoba memelankan suaranya agar anak-anak tidak ada yang dengar. Fahad mendekatkan duduknya ke Illy.
“Hem. Apaan?” Illy masih sibuk nulis sesuatu dibuku tulisnya. Kayaknya sih lagi ngebuat artikel buat blognya. Illy rajin banget memposting  artikel-artikel diblognya. Pengunjung blognya juga udah lumayan daripada yang sebelumnya. Temen-temen dan guru-gurunya juga kadang berkunjung ke blog Illy.
“Ih, elo mau gue ngajak ngomong. Liat muka gue kenapa sih? Sesibuk apapun elo, hormatin gue kenapa?” Fahad kesal, tapi ia masih memelankan suaranya. Illy meletakkan bolpoinnya..
“Apaa?” Illy melihat muka Fahad, menatap matanya dalam.
“Ng.” Fahad diam. Kemudian, Fahad buru-buru menarik jilbab Illy tapi nggak sampe lepas “Apaan sih lo? Jangan ng-liat gue sampe kaya’ gitu juga kali!” Fahad tersenyum lucu. Illy membernarkan jilbabnya sambil setengah tertawa.
“Hihi, maaf..maaf.. abisnya elo!” Illy kembali menatap wajah Fahad, tapi tidak menatap matanya sedalam tadi. “Ada apa?” Illy tersenyum.
“Eh, Ng… anu.. elo beneran minggat? Enggak kan? Elo masih waras kan?”
“Hahahaa… Fahad..Fahad.. ada-ada aja sih lo! Gue masih waras kok! Nih.. kalo’ lo  nggak percaya” Illy meraih tangan Fahad dan meletakkan punggung tangan Fahad dijidatnya.
“Nggak panas kan??” Illy masih membiarkan tangan Fahad nempel dijidatnya.
“Iya sih, enggak. Tapi, elo.. yang bener aja deh. Bilang yang jujur ke gue” Fahad masih belum melepaskan tangannya walau Illy sudah tidak menempelkan tangannya.
 “Ummm.. gimana yaa?” Illy bersikap aegyo*. Ia memutar-mutar matanya. Fahad tampak menunggu jawaban dari Illy. Illy tersenyum menggoda.
“Huffhh…” Fahad menarik nafas. “elo ma Rara boong ya?”
“Aa? Enggak kok! Sumpah deh…”
“Oke. Kalo’ gitu, entar sepulang sekolah. Gue ma Hilal datang kerumah lo ma Rara. Gimana? Bisa? Kalo lo jawab nggak bisa. Berarti lo boong”
“Kerumah gue?”
“Iya. Yang katanya elo ma Rara tinggal”
“Kenapa sih?”
Fahad bingung dengan pertanyaan Illy. “Kenapa apanya?”
“Kenapa?”
“Lho? Kenapa gimana?”
“Kenapa sih elo, ngotot banget? Kalo’ gue emang minggat dan lain lain. Emang kenapa?” Tanya Illy. Fahad bingung menjawab. Tapi tangannya masih dijidat illy.
“Ng.. ya gue kan temen lo. Temen deket lo.” Jawab Fahad singkat. Illy memiringkan kepalanya sedikit, ada tanda tanya besar.
“Nggak. Lo boong, kayak ada yang lain deh..” Illy mencurigainya. Fahad buru-buru mengalihkan pembicaraan,
“Jadi gimana? Setuju nggak sama yang tadi?”
“Oke, gue setuju.” Illy tersenyum, lesung pipinya terlihat. Illy kelihatan imut kalo tersenyum, dia punya wajah yag emang dasarnya imut. Illy melirik jidatnya. Tangan Fahad masih disitu.
“Nggg.. Fahad..” Illy menunjuk ke jidatnya.
“Astagfirullah!” Fahad buru-buru melepas tangannya. “Sorry..”
“Hehe.. nggak papa kok!” Illy kembali ke artikelnya.
Tanpa mereka ketahui, sedari tadi Hilal dan Rara mengamati mereka. Fahad kelihatan banget kalo agak salting. Sementara Illy, ia selalu membuat semuanya santai. Rara dan Hilal mengamati Fahad.
“Eh? Ngapain kalian  liatin gue?” tanya Fahad waktu udah sadar saat Rara dan Hilal mengamatinya. Rara dan Hilal hanya senyum-senyum. Mata Rara melirik ke Illy. Hilal menyenggol-nyenggol siku Fahad. Fahad mengerti maksudnya.
“Illy, maaf yaa..” Fahad kontan menarik jilbabnya lagi.
“Aaa! Fahad! Lo gila ya?!!” Illy buru-buru membenarkan jilbabnya. 
“Sorry, orang gue disuruh ma Rara. Tuh..” Fahad menunjuk Rara.
“Lho? Kok gue sih? Elonya yang bodoh! Siapa yang nyuruh elo buat narik jilbab adek gue? Gue nggak ngomong gitu kok! Orang maksud gue ngelirik Illy tadi itu bukan nyuruh elo narik jilbab dia! Ye!” Rara nggak terima.
Pletaakkk. Illy memukul bahu Fahad dengan bukunya. Fahad hanya diam bingung. Hilal dan Rara hanya geleng-geleng. Hadaaah..
“Eh, lo berdua tadi ngomong apaan? Sampe’ tangan Fahad nempel di jidat elo ly..?” Tanya Hilal tak lama.
“Ehh.. anu..” Fahad bingung.
“Eonni, Fahad nanti mau maen kerumah. Nggak papa?” tanya Illy pada Rara.
“Oh, nggak papa sih. Tapi elo doang Had? Hilal?” Fahad langsung merangkulkan tangannya dibahu Hilal.
“Sure. Hilal ikut. Dimana ada gue, disitu ada Hilal” Fahad merapatkan rangkulnya, “ya kan Hilal….?” tanya Fahad pada Hilal. Keliatan banget kalo Fahad maksa dia.
“Pokoknya siapin tuh keripik terong ala Paris.”
*****
“Jadi, ini rumah lo?” Tanya Fahad saat mereka berada diteras rumah Illy dan Rara.
“Iya. Eh nih… maaf, gue sama Illy cuma punya yang ginian doang.” Rara memberikan suguhan kepada mereka.
“wah? Masa’ ginian doang?” goda Hilal.
“Oh, nggak mau? Ya udah deh.. gue bawa masuk aja..” Rara hendak membawanya masuk kembali, namun dicegah oleh Hilal.
                       Rumah mereka ya seperti rumah pada layaknya. Memiliki pintu, atap jendelan dan sebagainya. Cat depan rumahnya berwarna putih, sedangkan pintu dan jendelanya diwarna coklat kayu. Lantai keramiknya berwarna hitam, dengan motif garis keemasaan. Sedangkan disamping kiri teras, ada tempat bunga-bunga. Rara menyiram pada pagi hari, dan Illy pada waktu malam.
“Ng… Ra, sorry ya. Gue ma Fahad udah ngira kalian yang enggak-enggak” Hilal malu malu minta maaf. Fahad garuk-garuk karena  malu.
“Iya, nggak papa kok!” ucap Rara tersenyum.
“Sekarang gue lega…” Hilal menyenderkan tubuhnya ditembok.
“Lega gimama??” Tanya Fahad.
“Ya gue lega….”
“lega kalo’ mereka beneran nggak minggat?”
“hemm..” Hilal mengunyah kacang.
“Huffffhhh…..”Fahad menarik nafas panjang.
Kemudian, “Hilal?! Elo gimana sih?? Lega lo bilang? Mereka berdua ini tinggal Cuma berdua di rumah ini. Apa elo nggak ngebayangin bahaya apa aja yang ngancem mereka? Kalo misalkan, waktu malam tiba-tiba ada kejadian yang nggak diinginkan .Gimana? Nih 2 cewe bisa apa coba? Teriak doang!! Elo harusnya sekarang stress mikir gimana caranya buat ngelindungin mereka! Gimana sih lo? Bantuin gue mikir kenapa? Lo bilang lega? Bengkok lo…” Fahad menyenderkan tubuhnya ke tembok dengan kesal. Rara dan Illy hanya melongo.
Illy menuangkan air es digelas. “Ngg.. Fahad. Mendingan lo minum dulu gih.. nih..” Illy memberikan gelasnya kepada Fahad. Fahad menerimanya, walau dengan wajah bingung dan kesal.
“Makasih…” ucapnya.
“Fahad.” Rara melipat tangannya. Menatap Fahad.
“heemm?” Fahad masih sibuk dengan esnya.
“e..elo suka Illy ya?”
“Uhuk.” Fahad langsung  tersedak. Ia bingung, kaget, syok dan em.. terburu-buru.
“Ha?” Komentar Illy akan ucapan Rara. “Eonni? Gwaencahanayo?”
“Ungggg.” Rara menggigit bibirnya. Dia masih focus ke Fahad. “Fahad, jawab!”
Illy melihat Fahad. Ah, Gue kayak dibuat mainan disini. Batin Illy dalam hati.
“Rara. Gue? Illy?? Nggak mungkinlah! Kaya’ yang gue omongin tadi waktu jam kosong. Cowo’ yang suka sama Illy itu pasti merem.” Fahad menunjuk Illy. Illy mengnyingkirkan jari telunjuk Fahad dengan kesal.
“Hufffhhhhh………” Fahad bersender ke tembok lagi.
“Jadi…” Hilal bermain dengan bulpennya. Anak-anak memandangnya, menunggu kalimat Hilal berikutnya.
“Lo beneran…..”Belum sempat Hilal melanjutkan kalimatnya Fahad sudah memotongnya duluan.
“Aduh! Sori..” Fahad mengambil sepatunya dan segera menggunakannya  “Udah jam segini. Hari ini hari kamis kan? Gue ada les catur. Sori banget, gue mesti pulang sekarang. Gue udah telat nih.. duluan ya. Hilal, lo ntar pulang sendiri nggak papa kan? Eh, thanks ya udah boleh main. Gue duluan ya, bye… eh, tas gue” Illy memberikan tas Fahad.
“Thanks a lot!” Fahad menggunakan tasnya sembari tersenyum pada Illy. “Duluan ya!! Assalamualaikum!!”
“Wa’alaikumsalam….” Jawab anak-anak.
“Udah kelas 3, dia masih les catur juga?” Tanya Rara kepada Hilal, sahabat Fahad. Hilal hanya mengangkat bahunya.
“Nyatanya dia masih les kan?” Jawab Hilal santai.
“Hem..”
*****
                       Rara membacakan artikel buatannya dan Illy. Illy sibuk mengetiknya dikeyboard komputer. Ya, mereka memberikan beberapan postingan untuk blog mereka.
Ddrrt..ddrrtt…
Hape Illy bergetar, ada sms masuk.
Sori ya buat tuduhan gw yg ga2 ke lo, gw harap lo mau ngasih kunci buat buka pintu maaf…
From : Fahad_9A
“Siapa?”
“Oh. Hmpffh… Fahad. Dia minta maaf buat tuduhan dia yang enggak-enggak ke kita.” Illy memilih tidak membalas sms Fahad.
“Kok nggak dibales?” Rara mengambil Hape Illy.
“Em… aku pingin tahu reaksi dia.”
“Oh…” Rara menimang-nimang hape Illy.
Kringg… Krinngg...
Hape Illy berbunyi , ada telepon. Ng, pembaca .. sebenarnya bunyi Hapenya bukan kring-kring-kring tapi Uh..Uh..Uh.. Dreams Come True Ye! Gitu deh, lagunya 4Minute yang Dreams Come True. Aku tulis Kring,Kring soalnya banyak cerita yang gitu seeh.. (yang bilang aku ikut-ikut, silahkan deeh..)
“Illy.. Telpon ttuh.. Angkat gih” Rara menngantikan posisi Illy. Rara yang mengetik. Illy mengambil Hapenya dari tangan Rara.
“Eh, Fahad Mbak!”
“Adeuh? Angkat gih.. Angkat!! Loudspeaker de.. ! buruan !!” Illy buru-buru mengangkat telpon dari Dahad dan menekan tombol speaker.
“Hallo.. Illy ??”
“Ngg…”
“Assalamualaikum …”
“Wa’alaikumsalam … “
“Illy , lagi ngapain ??”
“Sibuk, kenapa?” Jawab Illy sok ketus.
“Euy, jahat neh .. Fahad udah mau telpon masa’ bilangnya sibuk??”
“to the pint aja ddeh..mau bilang kalo’ aku pembohong ya?? Ya kan?? Kalo’ telpon Cuma mau bilang gitu , mendingan ngga usah telepon”
“Astagfirullah.. Illy .. Enggak. Justru Fahad mau minta maaf, sebelumnya udah nuduh Illy yang engga-engga… Maafin Fahad yaa?”
“Mmmm….”
“Illy??”
“….”
“Illy… Maafin Fahad yaa…”
Tut..tut..tut..tut..
“Lho Mbak? Sama Fahad telponnya dimattiin. Gimana sih? Ngga niat minta maaf ya ini anak?” Illy memencet tombol hapenya dengan kesal. Rara cuma ketawa.
“Dia suka kamu kali de…”
“Iddihh…” Illy keliatan ogah-ogah tapi mesem.
“Addeuh, Illy ….. cieeee………”
*****
Besoknya , disekolah. Enggak tahu kenapa anak-anak sekelas semuanya pada nyuruh Illy buat minta maaf ke Fahad.
“Ayolah Illy .. Kamu jangan gitu. Ngga baik bertengkar itu…” Ucap Sarah si Jagonya Mak Comblang.
“mm” Illy menggigit bibirnya. Ini sudah ke9 kalinya ia menerima saran yang sama dari anak-anak. Dari Sarah, Mita, Vio, Irfa, Lita dll. Banyak deh !!
“Sarah, Gini… kalo Fahad berani minta maaf secara langsung. Illy insha allah maafin. Bilang gitu ke Fahad , Illy minta face to face !” Illy langsung masuk kedalam kelas. Tidak memperdulikan Sarah yang bengong didepan pintu kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar